MAKALAH
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI
PERSYARAAN MATA PELAJARAN
SEJARAH PERKEMBANGAN
ISLAM DIKERAJAAN MATARAM
Mata Pelajaran :
Disusun Oleh: Kelompok 2
Devi Novita Indriani
Linda Wati
Nur Azizah
Haris Rosi
Muslimah
Iwandi
MAS. AL-MANSHURY SUNGAI BAKAU BESAR LAUT
KEC. SUNGAI PINYUH KAB. MEMPAWAH KODE POS 78353
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa karena atas limpahan
rahmat, hidayah dan inayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah “SKI”.
Dengan
judul “Awal perkembangan Kerajaan Mataram Islam” dapat
terselesaikan dengan baik dan semampu penulis.
kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini
masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sangat kami harapkan dari berbagai pihak
sebagai bahan perbaikan dalam proses penyusunan materi yang selanjutnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada (guru bidang study)selaku guru mata pelajaran “SKI” karena atas jasa dan pengaruhnya kami dapat
mengetahui materi tersebut. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ayah
dan bunda tercinta serta kepada rekan-rekan seperjuangan karena atas dorongan
dan semangat kerja samanya yang baik sehinga kami dapat aktif dalam mengikuti
proses belajar pada saat ini.
Akhirnnya disampaikan terima kasih.
Mempawah, 16 Januari
2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................
DAFTAR
ISI.................................................................................................. .......
BAB
I PEMBAHASAN
A.
Awal Perkembangan
Kerajaan Islam.........................................................
B.
Sistem Pemerintahan.................................................................................
C.
Kemajuan Yang
Dicapai Pada Masa Pemerintahan Sultan Ageng...........
D.
Silsislah Raja
Dan Sistem Pemerintahan...................................................
E.
Peninggalan Sejarah
Kerajaan...................................................................
F.
Seni Dan
Tradisi........................................................................................
G.
Bangunan-Bangunan
Dan Benda Pusaka..................................................
BAB II PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................
B.
Saran .........................................................................................................
C.
Daftar Pustaka...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kerajaan
Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah
di Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda
Krapyak (1601-1677).
Dalam sejarah
Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara
kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para
penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga
pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.
Pada awalnya
daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan
dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah
mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram
dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Awal
Perkembangan Kerajaan Islam?
2.
Bagaimana
Sistem Pemerintahan?
3.
Bagaimana Kemajuan Yang Dicapai Pada Masa Pemerintahan Sultan Ageng?
4.
Bagaimana Silsislah Raja Dan Sistem Pemerintahan?
5.
Apa Peninggalan
Sejarah Kerajaan?
6.
Apa Seni Dan
Tradisi?
7.
Apa
Bangunan-Bangunan Dan Benda Pusaka?
C.
Tujuan
1.
Ingin Mengetahui
Awal Perkembangan Kerajaan Islam.
2.
Ingin Mengetahui Sistem Pemerintahan.
3.
Ingin Mengetahui Kemajuan Yang Dicapai Pada Masa Pemerintahan Sultan Ageng.
4.
Ingin Mengetahui Silsislah Raja Dan Sistem Pemerintahan.
5.
Ingin
Mengetahui Peninggalan Sejarah Kerajaan.
6.
Ingin
Mengetahui Seni Dan Tradisi.
7.
Ingin
Mengetahui Bangunan-Bangunan Dan Benda Pusaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A
Awal
perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan
Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah
di Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda
Krapyak (1601-1677).
Dalam sejarah
Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara
kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para
penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga
pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.
Pada awalnya
daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan
dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah
mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram
dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
Akan tetapi,
kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis
tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal
dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula
ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima
kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan
sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk
melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan
menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang
kehadirannya.
Pada tahun
1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya
atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi
ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang.
Sehingga, hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang
tegang antara sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.
Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa
pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya
menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai
membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede.
Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan
serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir
dan Ki Ageng Giring.
Pada tahun
1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai madiun,
yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri
dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada
tahun 1598-1599.
Sebagai raja islam yang
baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk
mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam,
untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa
cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang
terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan
pertemuan senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia
bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan
itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah Jawa.
B
Sistem Pemerintahan
Sistem
pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja.
Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang
sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang
kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada
tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali seminggu di alun-alun istana.
Selain sultan,
pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung antara
raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu,
serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara,
pejabat administrasi.
Dengan sistem
pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus memperkuat pengaruh
mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia
digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601 –
1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas
jolang meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa
pemerintahannyalah Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah
kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Pangeran
Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia mendapat nama gelar
Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil
membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta.
Gelar “sultan” yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai
kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan
Seda Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar
20 tahun, dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan”
diganti menjadi “Susuhunan” atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma
menerima pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar
selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena
cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram
pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa
daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa.
Pada tahun
1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada
tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba,
tempat yang sangat strategis untuk menghadapi jawa timur. Daerah ini pun
berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616, terjadi pertempuran antara tentara
mataram dan tentara surabaya, pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep.
Peperangan ini dapat dimenangi oleh tentara mataram, dan merupakan kunci
kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun
1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan
langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram melakukan strategi
mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman seperti
Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun
1625.
Dengan
penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat kuat
secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten
dan wilayah kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di
bawah mataram. Sukses besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung
untuk menantang kompeni yang masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun
1628, Mataram mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan
Tumenggung Sura Agul-agul, untuk mengempung Batavia.
Sayang sekali,
karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung
Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun
kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada
pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng
Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan
dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan
ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur
pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang
dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Sayang sekali,
karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung
Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun
kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada
pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng
Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan
dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan
ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur
pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang
dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Bagi Sultan
Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di
tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam
sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid,
grebeg ramadan, dan upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak
terpisahkan dari tatanan istana.
Di antara semua
karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas adalah dalam
penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi
kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun
hijriah, masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633,
Sultan Agung berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan
tahun yang baru bagi seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya
disesuaikan dengan tahun hijriah, berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal
perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan
perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat babad. Perubahan
perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi perkembangan
proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak
berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung
ini masih banyak digunakan.
Sejak masa
sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang telah dilakukan. Satu yang
layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan
gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan,
dengan berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap
suluk. Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada
abdi raja majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah
Serat Nitisruti (1612 m) pada masa mas jolang.
Menjelang akhir
hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan mencegah perebutan
tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan Sultan
Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat
penyebaran islam.
C
Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan
Sultan Agung
Kemajuan yang
dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya, yaitu
:
1.
Bidang politik
Kemajuan
politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
2.
Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung
berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai dengan
menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian
Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau Jawa ini ada
yang dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati
Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari
3.
Anti penjajah Belanda
Sultan Agung
adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti
dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan
yang kedua tahun 1629.
D
Silsilah Raja dan Sistem
Pemerintahan
1.
Ki Ageng Pamanahan (Ki
Gede Pamanahan)
ë
Pendiri desa mataram tahun
1556
ë
bergelar Panembahan Senapati
dibawah pimpinan anaknya.
ë
Ki Pamanahan adalah putra
Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
ë
menikah dengan sepupunya
sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak perempuan Ki Ageng
Henis).
ë
Ki Pamanahan dan adik
angkatnya, yang bernama Ki Penjawi, mengabdi pada Hadiwijaya bupati Pajang
(murid Ki Ageng Sela ) Keduanya dianggap kakak oleh raja dan dijadikan sebagai
lurah wiratamtama di Pajang.
ë
Hadiwijaya singgah ke
Gunung Danaraja. Ki
Pamanahan bekerja sama dengan Ratu Kalinyamat membujukHadiwijaya supaya
bersedia menghadapi Arya Penangsang. Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat memberikan
cincin pusakanya kepada Ki Pamanahan.
ë
Meninggal tahun 1584
2.
Sutawijaya (Danang
Sutawijaya)
Ø pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun
1587-1601
Ø bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah
Tanah Jawa
Ø dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
Ø putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
Ø Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja
terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota
Walisanga.
Ø Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang
kemudian diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa
besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.
Ø Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang
sebagai pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu
belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di
sebelah utara pasar sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi
Loring Pasar.
Ø Sayembara
menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi
Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya
Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala
bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
Ø meninggal dunia
pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian dimakamkan di
Kotagede.
3.
Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati /
Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
v raja kedua Kesultanan
Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613.
v putra
Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas
Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati.
v Ketika menjabat
sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu Tulungayu
putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra,
kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja Pajang.
Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan Raden Mas
Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran Pekik). Empat tahun
setelah Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu melahirkan seorang
putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati Martapura. Padahal saat itu
jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.
v Pada tahun 1610
melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh terkuat Mataram.
Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir pemerintahannya tahun 1613
hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya namun tidak mampu menjatuhkan
kota tersebut. Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos VOC di
Gresik dan Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati
mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin
hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.
v meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di
Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta
Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna
"Baginda yang wafat di Krapyak"
4.
Raden Mas Rangsang (Sultan
Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden Mas Jatmika )
Ø lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul),
Kesultanan Mataram, 1645.
Ø raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645.
Ø Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di
Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan ).
Ø Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah
ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No.
106/TK/1975 tanggal3 November 1975.
Ø putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.(
putri Pangeran Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ).
Ø Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara
periodik.
Ø kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia
dengan VOC.
Ø Menyerang batavia sebanyak 2x serangan pertama ( 1628 )
terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, dan Pangeran
Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi gagal. Kegagalan serangan
pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras di Karawang
dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya. Serangan kedua (
1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan Adipati Juminah Total semua 14.000 orang
prajurit. serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan mengotori Sungai
Ciliwung, yang mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia.
Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.
5.
Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
·
Memerintah pada tahun 1646-1677
·
Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau
Sunan Tegalarum
·
Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra
Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta
bupatiBatang (keturunan Ki Juru Martani).
·
Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran
Arya Prabu Adi Mataram.
·
memiliki dua orang permaisuri. Putri Pangeran
Pekik dari Surabaya menjadi Ratu Kulon yang melahirkan Raden Mas Rahmat, kelak
menjadi Amangkurat II. Sedangkan putri keluarga Kajoran menjadi Ratu Wetan yang
melahirkan Raden Mas Drajat, kelak menjadi Pakubuwana I.
·
mendapatkan warisan Sultan Agung berupa wilayah
Mataram yang sangat luas.
·
menerapkan sentralisasi atau sistem
pemerintahan terpusat.
·
Pada tahun 1647 ibu kota Mataram dipindah ke
Plered. Perpindahan istana tersebut diwarnai pemberontakan Raden Mas Alit atau
Pangeran Danupoyo, adik Amangkurat I yang menentang penumpasan tokoh-tokoh
senior. Pemberontakan ini mendapat dukungan para ulama namun berakhir dengan
kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti menghadapi para ulama. Mereka semua,
termasuk anggota keluarganya, sebanyak 5.000 orang lebih dikumpulkan di
alun-alun untuk dibantai.
·
Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang
pernah diperangi ayahnya. Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain
pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak
Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga
saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I
dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia kemudian
tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.
- hubungan diplomatik Mataram dan Makasar yang dijalin Sultan Agung akhirnya hancur di tangan putranya setelah tahun 1658. Amangkurat I menolak duta-duta Makasar dan menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja permintaan itu ditolak.
- hubungan diplomatik Mataram dan Makasar yang dijalin Sultan Agung akhirnya hancur di tangan putranya setelah tahun 1658. Amangkurat I menolak duta-duta Makasar dan menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja permintaan itu ditolak.
·
tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut
istana Plered. Amangkurat I dan Mas Rahmat melarikan diri ke barat.Babad Tanah
Jawi menyatakan, dengan jatuhnya istana Plered menandai berakhirnya Kesultanan
Mataram. Pelarian Amangkurat I membuatnya jatuh sakit dan meninggal pada 13
Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas dan berwasiat agar dimakamkan dekat
gurunya di Tegal
6.
Amangkurat II (Nama asli
Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )
·
putra Amangkurat I raja
Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran Pekikdari Surabaya.
·
memiliki banyak istri
namun hanya satu yang melahirkan putra (kelak menjadi Amangkurat III)
·
Pada bulan September 1680
Amangkurat II membangun istana baru di hutan Wanakerta karena istana Plered
diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana baru tersebut bernama Kartasura.
·
Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun
1703. Sepeninggalnya, terjadi perebutan takhta Kartasura antara putranya,
yaituAmangkurat III melawan adiknya, yaitu Pangeran Puger.
·
Pada bulan September 1677 diadakanlah
perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili Cornelis Speelman. Daerah-daerah
pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai ujung timur digadaikan pada VOC sebagai
jaminan pembayaran biaya perang Trunajaya.
·
Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II,
seorang raja tanpa istana. Dengan bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri
pemberontakan Trunajaya tanggal 26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan
menghukum mati Trunajaya dengan tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.
7.
Amangkurat III (Nama aslinya
adalah Raden Mas Sutikna )
·
memerintah antara tahun
1703– 1705.
·
dijuluki Pangeran Kencet,
karena menderita cacat di bagian tumit.
·
Ketika menjabat sebagai
Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden Ayu Lembah putri
Pangeran Puger. Namun
istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra
Patih Sindureja.
·
Raden Sukra kemudian dibunuh utusan Mas
Sutikna, sedangkan Pangeran Puger dipaksa menghukum mati Ayu Lembah, putrinya
sendiri. Mas Sutikna kemudian menikahi Ayu Himpun adik Ayu Lembah.
·
Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke
Ponorogo sambil membawa semua pusaka keraton. Di kota itu ia menyiksa Adipati
Martowongso hanya karena salah paham. Melihat bupatinya disakiti, rakyat
Ponorogo memberontak. Amangkurat III pun lari ke Madiun. Dari sana ia kemudian
pindah ke Kediri.
·
Sepanjang tahun 1707
Amangkurat III mengalami penderitaan karena diburu pasukan Pakubuwana I. Dari
Malang ia pindah ke Blitar, kemudian ke Kediri, akhirnya memutuskan menyerah di
Surabaya tahun 1708.
·
Pangeran Blitar, putra
Pakubuwana I, datang ke Surabaya meminta Amangkurat III supaya menyerahkan
pusaka-pusaka keraton, namun ditolak. Amangkurat III hanya sudi menyerahkannya langsung
kepada Pakubuwana I.
·
VOC kemudian memindahkan Amangkurat III ke
tahanan Batavia. Dari sana ia diangkut untuk diasingkan ke Sri Lanka.
·
Meninggal di negeri itu pada tahun 1734.
·
Konon, harta pusaka warisan Kesultanan Mataram
ikut terbawa ke Sri Lanka. Namun demikian, Pakubuwana I berusaha tabah dengan
mengumumkan bahwa pusaka Pulau Jawa yang sejati adalah Masjid Agung Demak dan
makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.
·
Perang Suksesi Jawa I (1704–1708), antara
Amangkurat III melawan Pakubuwana I.
·
Perang Suksesi Jawa II (1719–1723), antara
Amangkurat IV melawan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya.
·
Perang Suksesi Jawa III (1747–1757), antara Pakubuwana
II yang dilanjutkan oleh Pakubuwana III melawan Hamengkubuwana I dan
Mangkunegara I.
E
Peninggalan sejarah
kerajaan mataram Islam :
1.
Sumber- Sumber Berita:
a.
Babad Tanah Djawi
b.
Babad Meinsma
c.
Serat Kandha
d.
Serat Centini
e.
Serat Cabolek
f.
Serat Dharma Wirayat (yang
sangat populer sebagai karya Sri Paku Alam III.)
g.
Serat Nitipraja.
h.
Babad Sangkala
i.
Babad Sankalaniang Momana
j.
Sadjarah Dalem
F
Seni dan Tradisi:
1.
Sastra Ghending karya Sultan Agung
2.
Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti
perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun
Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
3.
Kerajinan Perak
Perak Kotagede
sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-orang Kalang.
4.
Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannya
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannya
5.
Kue Kipo
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung, dan gula merah.
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung, dan gula merah.
6.
Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
G.
Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan Lainnya:
1.
Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan merupakan meriam yang paling indah di nusantara
2.
Puing - puing / candi-
candi Siwa dan Budha di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di
Laut Selatan
3.
Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat
daya Yogyakarta
4.
Baju “keramat” Kiai Gundil
atau Kiai Antakusuma
6.
Masjid
Jami Pakuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting untuk penyebaran Islam kala itu.
8.
Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kerajaan
Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah
di Kerajaan Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda
Krapyak (1601-1677).
Dalam sejarah
Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan
secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para
penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga
pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.
Pada awalnya
daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan
dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah
mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram
dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, maka kami
mengharapkan agar pembaca dapat memberikan saran-saran yang tidak menutup
kemungkinan dapat mendatangkan manfaat bagi makalah ini:
1.
Diharapkan
makalah ini bisa bermnfaat pada keilmuan yang selanjutanya yang akan
menjelaskan lebih jauh tenang judul makalah ini.
2.
Diharapkan pada makalah
ini bisa di jadikan rujukan untuk pembaca dan pelajar manusia yang ada di dunia
ini.
No comments:
Post a Comment